Kamis, 28 Januari 2016

Bukti Tanggung Jawab

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang di sengaja maupun yang tidak di sengaja.tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.


jenis tanggung jawab 
  • Tanggung jawab moral. Tanggung jawab identik dengan tindakan moral. Tanggung jawab moral melingkupi tiga unsur: kebebasan bertindak dan tindakan integral tanggung jawab (lahir dari hati nurani).
  • Tanggung jawab sebagai warga negara, baik sebagai pemikul jabatan pemerintah maupun kewajiban sebagai rakyat. Seorang pejabat negara bertanggungjawab kepada instansi dan tugas-tugas yang diberikan kepadanya selaku pejabat.Sedangkan seorang warga biasa, seseorang bertanggungjawab kepada negara, misalnya membayar pajak dan mematuhi peraturan pemerintah yang telah ditetapkan dalam peraturan-peraturan tertentu. Sebagai contoh, di negara demokrasi, kepala pemerintahan bertanggungjawab kepada parlemen dan rakyatnya sesuai undang-undang
Apakah kita orang yang bertanggungjawab? Semoga beberapa pertanyaan berikut bisa menjadi acuan dan bahan perenungan untuk kita.
Pertama, Sejauh mana Anda meyakini bahwa kehidupan ini bukan sesuatu yang final?
Jawabannya terhadap pertanyaan ini sangat menentukan sejauh mana tanggungjawab Anda dalam menapaki kehidupan itu sendiri. Bahkan bisa dikatakan, kadar keimanan dan keyakinan seseorang tentang hari akhir, akan sering dengan kadar tanggungjawabnya. Segala wujud didunia senantiasa mengalami proses perubahan. Cepat atau lambat klehidupan ini akan berakhir pada kematian. Semua amal baik dan buruk, sekecil apapun ada catatannya dan akan diperhitungkan pada hari akhir.
Karena itulah banyak firman Allah dan hadits Rasul yang mengikat logika kehidupan dunia dengan akhirat. Firman Allah dengan surat-surat Makkiyah juga menekankan tentang keyakinan pada hari akhir artinya, memang keyakinan pada hari akhir punya korelasi yang sangat kuat dengan prilaku hidup seseorang. Hidup didunia memang hanya kesempatan beramal, baik atau buruk. Sedang hasilnya akan dipetik di akhirat. Allah SWT berfirman, “Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telah diperbuatnya.” (QS. Al-Mudatstsir: 38).
Rasululah SAW mengajarkan logika kehidupan bahwa, “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu mengendalikan diri dan beramal untuk sesudah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah orang yang tunduk pada hawa nafsunya tapi ia berangan-angan untuk kehidupan setelah mati.”
Keterikatan keyakinan seorang muslim dengan akhirat akan mengarahkannya untuk hidup secara bertanggungjawab. Kesadaran bahwa segala sesuatunya akan menjadi timbangan di hari akhirat, menjadikan seseorang kan berhati-hati menjalani hidup, dan berupaya menunaikan amanat dan tanggungjawabnya.
Kedua, Apakah Anda menyadari beratnya amanah yang harus Anda pikul?
Pertanyaan ini berlaku untuk siapa saja, bukan hanya untuk mereka yang menjabat sebagai pemimpin formal disebuah komunitas. Sebab semua orang sesungguhnya menjalani amanat hidup dari Allah SWT. Setiap orang harus berhati-hati menjalani hidup, termasuk ketika mengurus hal-hal yang termasuk spele. Rasulullah SAW bersabda tentang akibat satu kalimat yang ringan, tapi mengakibatkan sesuatu yang sangat besar. “Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat dengan keridhaan Allah, ia tak mengira bahwa kalimat itu akan mencapai sesuatu yang dicapainya. Kemudian Allah menuliskan keridhaan-Nya atas orang itu hingga hari kiamat. Dan sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat dari kemurkaan Allah, ia tak mengira bahwa kalimat itu akan mencapai sesuatu yang dicapainya. Lalu Allah menulis kemurkaan-Nya terhadapnya hingga hari kiamat.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Karena amanat itu berat, maka Rasul mengatakan kepada Abu Dzar saat ia meminta ditunjuk sebagai pemimpin, “Wahai Abu Dzar, engkau seorang yang lemah dan jabatan itu sebagai amanat yang pada hari kiamta hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan, kecuali bagi orang yang dapat menunaikan hak dan kewajibannya dan memenuhi tanggungjawabnya.” (HR. Muslim). Umar ra pun berpesan kepada setiap orang yang ingin menjabat sebagai pemimpin, “tafaqqahu qabla an tusawwadu,” tingkatkan pemahaman, sebelum kalian memimpin.
Ketiga, Apakah Anda memandang bahwa posisi Anda saat ini semata-mata hanya karena prestasi Anda?
Jawaban yang benar adalah tidak. Apakah sebuah kedudukan rendah maupun tinggi, itu lahir dengan sendirinya tanpa ada keterlibatan dengan orang lain? Jawabanya juga pasti tidak. Kedudukan apapun yang kita dapati kepercayaan apapun yang kita peroleh sebenarnya tidak datang dari diri sendiri melainkan dari legitimasi pihak lain.
Memahami hal ini sangat penting saat seseorang menjalankan amanah. Sikap seperti itu akan menjadikannya bisa mengakomodir kepentingan dan kemaslahatan orang banyak. Ia juga akan berupya menjalin kerjasama, bermusyawarah dengan banyak pihak. Tidak berdasarkan dengan kemauannya sendiri. Ini penting bagi seorang pemimpin. Dalam hadits riwayat Ahmad, bahkan diterangkan perkataan Anas bin Malik, “Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih banyak melakukan musyawarah dengan para sahabatnya dibandingkan Rasulullah SAW.”
Islam tidak menghendaki adanya monopoli kekuasaan, one man show, otoritanisme dan semacamnya. Rasulullah sebagai pemimpin telah mengajarkan kita. Ia tidak pernah dengan semena-mena menggunakan bahasa atasan bawahan dengan para sahabatnya. Rasul lebih kerap memakai ungkapan, saudaraku, sahabatku, yang lebih menunjukkan kesetaraan dan kesamaan. Meski sekali lagi, ia tetap sebagai pemimpin mereka.
Keempat, Sejauh mana Anda menyadari bahwa dampak penyimpangan sebuah tanggungjawab, juga akan dirasakan sejak didunia?
Pengadilan diakhirat tidak menghapus akibat baik dan buruk yang harus diterima di dunia. Terlalu banyak contoh sejarah yang mengisahkan orang-orang baik dan jahat, yang telah merasakan langsung perbuatannya didunia. Sikap amanat dan tanggungjawab dalam menjalankan tugas telah menjadi penyebab keselamatan banyak orang. Sebaliknya, pengkhianatan terhadap kepercayaan telah membuat banyak pemimpin terguling dan jatuh dengan cara mengenaskan. Karena itu, kenalilah baik-baik apa akibat yang didapatkan bila seseorang tidak menjalani tanggungjawabnya dengan baik, didunia maupun diakhirat.
Kelima, Apakah Anda berani mengakui kekurangan?
Jika ya, semoga Anda termasuk orang yang bertanggungjawab. Sebab berani mengakui kelemahan sebenarnya ciri orang yang sadar tentang beban tugas dan misi yang harus diembannya. Orang yang mengakui kelemahan, berarti ia memiliki keinginan untuk bisa memberikan yang terbaik kepada orang lain. Sikap ini akan mendorongnya untuk meningkatkan kualitas amanah yang ia pikul.
Jika sikap ini dimiliki oleh seorang pemimpin, dalam skala apapun, pasti memunculkan kebaikan bagi orang yang dipimpinnya. Sikap ini juga merupakan tanda kerendahan hati, yang akan menghilangkan perasaan paling mampu dan paling benar. Tidak menyerang balik ketika dikritik, tidak juga membusung ketika dipuji.
Keenam, Apakah Anda siap menerima akibat dari kesalahan yang Anda lakukan?
Dimanapun posisi Anda, ingatlah bahwa tindak-tanduk kita, pada akhirnya dikermbalikan pada diri sendiri, bukan pada orang lain. Allah SWT berfirman, “Katakanlah:"Apakah aku akan mencari Tuhan selain Allah, padahal Dia adalah Tuhan bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Tuhanmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan". (QS. Al-An’am (6): 164)
Seorang bawahan tidak bisa mengikuti kemauan atasan. Tak ada lagi istilah “oke bos” atau “A Be Es” Asal Bapak Senang. Seorang polisi atau prajurit tidak bisa hanya mengatakan, “Saya diperintah oleh atasan saya” untuk melakukan tindakan aniaya. Di sini lain bagi seorang pemimpin atau atasan, tidak bisa melemparkan kesalahan pada bawahan, tidak mencari kambing hitam atau cuci tangan atas kekeliruan yang telah dilakukan.
Amanah merupakan sendi kehidupan yang sangat penting. Tapi sikap itu hingga kini masih langka. Sangat banyak problema hidup di negeri ini yang menanti orang-orang bertanggungjawab. Tak berarti kita hanya diam menanti, siapa sosok yang bisa memiliki sikap amanah dan bertanggungjawab. Dari kita sendiri, segalanya bisa dimulai. Bukankah setiap kita adalah pemimpin atas apa saja yang kita bawahi? Sekarang juga, mari jadikan diri kita orang-orang yang bertanggungjawab.[*]
SUMBER :
http://nothingwrongwithmylongblackhair.wordpress.com/…/man…/
http://580443.multiply.com/…/7/_TANGGUNG_JAWAB_DAN_KEWAJIBAN
http://www.jkmhal.com/main.php?sec=content&cat=2&id=5815


Tidak ada komentar:

Posting Komentar